![]() |
Ilustrasi |
Sleep Paralysis merupakan salah satu jenis gangguan tidur. Sleep paralysis adalah suatu keadaan, ketika seseorang merasa sesak nafas, seperti dicekik, dada sesak, badan sulit bergerak dan sulit berteriak saat akan tidur atau bangun tidur.
![]() |
Gambaran halusinasi yang kadang menyertai sleep paralysis |
Hal ini bisa terjadi pada siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Rata-rata orang mengalami gangguan tidur ini pertama kali pada usia 14 - 17 tahun dan terjadi sebanyak 2 - 3 kali selama hidupnya. Sleep paralysis bisa berlangsung dalam hitungan detik hingga menit, dan umumnya tidak berbahaya. Kejadian ini bisa disebabkan karena menurunnya kualitas tidur seseorang, bertambahnya aktifitas fisik dan pikiran, yang berakibat pada kecenderungan terjadinya stress. Kondisi sleep paralysis banyak terjadi pada orang kurang tidur atau kelelahan yang disebut, yang disebut "hypnagogic hallucination", yaitu kondisi setengah sadar antara tidur dan bangun.
Terdapat pula hubungan yang erat dengan kejadian apnea (gagal nafas), karena beberapa faktor seperti obesitas, bentuk anatomi leher dan dagu, amandel dan posisi tidur. Sleep paralysis dapat beresiko kematian apabila disertai dengan faktor resiko tersebut, namun hal ini jarang terjadi.
Sleep paralysis terutama disebabkan karena barbagai hal yang menyebabkan gangguan tidur. Yang paling memiliki pengaruh adalah pola tidur dan perbahan waktu tidur. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan terjadinya sleep paralysis adalah pada orang yang memiliki kebiasaan tidur tidak tertatur, mudah mengalami kepanikan atau terjaga karena mimpi dan kebisingan.
Orang-orang dengan kecemasan dan depresi juga mudah mengalami gangguan tidur. Termasuk orang dengan lingkungan kerja (shift) yang berubah-ubah, orang yang sering bepergian ke tempat-tempat dengan perbedaan waktu cukup banyak (bisa mengalami jetlag).
Bila gangguan tidur dibiarkan berlarut-larut, maka akan timbul efek negatif pada kondisi fisik dan psikhologis seseorang. Secara fisik, kurang tidur bisa menyebabkan kemampuan koordinasi tubuh menurun karena kemampuan kerja otak menurun.
Gangguan ini dapat dicegah dan dihindari dengan mengatur pola tidur dan waktu tidur. Sebaiknya kita memiliki pola tidur yang teratur setiap harinya dan tidur paling tidak antara 6 - 8 jam sehari. Usahakan agar saat tidur benar-benar digunakan untuk tidur dan hindarkan hal-hal yang bisa mengganggu tahapan tidur yang normal seperti kebisingan, cahaya yang terlalu terang serta beban pikiran yang memberatkan. Dengan demikian kita akan memiliki tidur yang berkualitas yang akan memberi kontribusi baik terhadap tubuh. Karena kita tahu bahwa tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak tergantikan.
Demikian, semoga informasi ini bermanfaat.
Sumber uratex.com, klikdokter.com
Advertisement